Jumat, 11 Juli 2008

DASAR UTAMA DALAM MAINTENANCE

I. Tiga dasar utama dalam mantenance

Pekerjaan pertama yang paling mendasar dalam maintenance adalah membersihkan peralatan dari debu maupun kotoran-kotoran lain yang dianggap tidak perlu. debu ini akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi dari uap air yang berada di udara.

Dalam melakukan perlu ada petunjuk tentang :
- Bagaimana cara untuk melakukan pekerjaan tersebut
- kapan pekerjaan tersebut dilakukan
- Alat bantu apa saja yang diperlukan
- Hal-hal apa saja yang harus dihindaridalam melakukan pekerjaan tersebut

I.I Klasifikasi pekerjaan Maintenance
secara garis besar maintenance ini dapat diklasifikasikan dalamplanned maintenance (terencana) dan unplanned maintenance (tidak terencana). dalam planned maintenance terbagi lagi menjadi preventive dan corretive maintenance.

Istilah-Istilah Dalam Maintenance

- Maintenance : Pekerjaan yang dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki setiap fasiitas agar tetap dalam keadaan yang dapat diterima menurut standard yang berlaku pad tingkat biaya yang wajar
- Planned maintenance : suatu pekerjaan dalam bidang maintenance yang terorganisasi dan dilakukan dengan melihat jauh kedepan yang menyangkut juga masalah pengendalian dan pendapatan.
-Preventive maintenance : suatu pekerjaan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada suatu alat/fasilitas.
- Corrective maintenance : suatu pekerjaan yang ditujukan untuk memperbaiki fasilitas untuk dapat mencapai standart yang dipersyaratkan.
- Running maintenance : suatu pekerjaan preventive maintenance dilakukan dimana fasilitas/alat yang bersangkutan masih tetap dalam keadaan bekerja.
- Shut Down maintenance : suatu pekerjaan yang hanya dilakukan bila fasilitas/alat yang bersangkutan sedang tidak bekerja.
- Break Down maintenance : pekerjaan yang dilakukan berdasarkan perancanaan sebelumnya atas suatu alat/fasilitas yang diduga mengalami kerusakan.
- Emergency maintenance : suatu pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mengatasi kerusakan suatu alat/fasilitas yang tidak diduga sebelumnya.
Availability : periode waktu dimana alat/fasilitas dalam keadaan tidak dapat dipakai/dioperasikan
- Down time : periode waktu dimana alat/fasilitas dalam keadaan tidak dapat dipakai/dioperasikan.
- Check : menguji dan membandingkan terhadap standard yang ditunjukan.
- Facility Register : alat pencatat data alat/fasilitas dapat juga disebut inventarisasi peralatan/fasilitas.
- Maintenance management : organisasi maintenance dalam suatu kebijakan yang sudah disetujui bersama.
- Maintenance Schedule : suatu daftar yang menyeluruh yang berisi kegiatan maintenance dan kejadian-kejadian menyertainya.
- Overhaul : pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau sebagian dari fasilitas sehingga mencapai standard yang dapat diterima

METROLOGI INDUSTRI

METROLOGI INDUSTRI

Pengukuran adalah suatu besaran dengan besaran standar.

Ø Tujuh besaran dasar dalam SI:

1. Panjang (m)

2. Massa (kg)

3. Waktu (s)

4. Arus listrik (A)

5. Temperatur (K)

6. Jumlah zat (mol)

7. Intensitas cahaya (cd)

Besaran turunan : Kecepatan (m2), Volume (m3), Percepatan (m/s2), Gaya (N,kg.m/s2),dll. Satu meter adalah panjang yang sama dengan 1650763,73 kali panjang gelombang dalam ruang hampa dari radiasi (sinar) yang timbul akibat perubahan tingkat enersia antara 2p10 dan 5d5 dari atom kripton 86.

Ø Jenis pengukuran :

1. Linear

2. Sudut atau kemiringan

3. Kedataran

4. Profil

5. Ulir

6. Roda gigi

7. Penyetelan posisi

8. Kekasaran permukaan

Ø Macam-macam alat ukur:

1. Alat ukur langsung

2. Alat ukur pembanding

3. Alat ukur standar

4. Alat ukur batas

5. Alat ukur bantu

Ø Cara-cara pengukuran:

1. Pengukuran langsung

2. Pengukuran tak langsung

3. Pengukuran dengan kaliber batas

4. Pengukuran dengan cara membandingkan dengan bentuk standar

Ø Kontruksi umum dari alat ukur

Yang membedakan suatu alat ukur dengan alat ukur lainnya adalah kontuksinya.

Komponen utama yang membentuk suatu alat ukur adalah:

1. Sensor

adalah peraba dari alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat ukur dengan benda ukur.

2. Pengubah

adalah penerus isyat dari sensor, diubah atau terlebih dahulu sebelum diteruskan ke bagian lain dari alat ukur.

Ø Macam-macam pengubah:

a. Pengubah mekanis

b. Pengubah mekanis optis

c. Pengubah elektris

d. Pengubah optis-eletris

e. Pengubah pneumatis

Ø Penunjuk/Pencatat

1. Penunjuk

adalah bagian dari alat ukur melalui mana harga dari hasil sua pengukuran ditunjukan atau dicatat.bagian penunjuk dikatagorikan menjadi 2 macam, yaitu :

a. penunjuk berskala

b. penunjuk berangka(digital)

2. Pencatat

ada dua prinsip kerja yang umum digunakan oleh alat pencatat elektris adalah:

a. Prinsip galvanometer

adalah suatu kumparan, spoel, yang bebas berputar pada suatu medan magnit tetap merupakan komponen utama dari galvanometer.

b. Prinsip servo-motor

adalah suatu alat pencatat yang bekerja atas dasar penyesuaian perbedaan voltase.

Ø Sifat umum dari alat ukur

Alat ukur adalah merupakan alat yang dibuat oleh manusia, dengan demikian ketidak sempurnaan adalah merupakan ciri utama. Meskipun alat ukur direncanakan dan dibuat dengan cara yang paling seksama, ketidak sempurnaan tidak dapat dihilangkan sama sekali dan hanya dalam batas-batas tertentu.

Ø Rantai kalibrasi/mampu usut

Kalibrasi bukan saja diharuskan untuk alat ukur yang baru selesai dibuat, akan tetapi diwajibkan pula bagi alat ukur yang telah lama dipakai. Hal ini perlu untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan.untuk menjamin hubungannya dengan satuan standar panjang dapat diperiksa melalui suatu rantai kalibrasi sebagai berikut:

Tingkat 1. kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.

Tingkat 2. kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.

Tingkat 3.kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar dari tingkat yang lebih tinggi (standar nasional atau yang telah ditera secara nasional).

Tingkat 4. kalibrasi standar nasional dengan standar meter(internasional.

Ø Kepekaan (sensitivitas)

Setiap alat ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedaanyang relatip kecil dari harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur ditentukan oleh mekanisme pengubahnya dan harganya dapat diketahui dengan cara membuat grafik antara harga yang diukur dengan pembacaan skala.

Ø Kemudahan baca

Kemampuan sistem penunjuk dari alat ukur untuk memberikan suatu angka yang jelas dan berarti dinamakan kemudahan baca. Dengan membuat skala nonius memungkinkan kemudahan baca dari penunjuk alat ukur yang dipertinggi.

Ø Histerisis

Histerisis adalah penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinyu dari dua arah yang berlawanan. Kita dapat memperkecil pengaruh histerisis (jika seandainya ada) apabila pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya sebagian kecil dari skala alat ukurtersebut digunakan.

Ø Kepasifan (passivity) atau kelambatan reaksi

Kepasifan adalah merupakan kejadian dimana suatu perbedaan/perubahan kecil dari harga yang diukur (yang dirasakan sensor) tidak menimbulkan suatu perubahan apapun pada jarum penunjuk. Kepasifan pada alat ukur disebabkan oleh pengaruh kelembaman.

Kerugian seperti ini dapat dialami oleh alat ukur pneumatis dengan sistim tekanan balik.

Ø Pergeseran (shiffting, drift)

Apabila terjadi suatu perubahan harga yang ditunjukan pada skala atau yang dicatat pada kertas grafik, sedangkan sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan maka kejadian ini disebut dengan pergeseran.

Ø Kesetabilan nol (zero stability)

Apabila benda ukur diambil seketika maka jarum penunjuk harus kembali ke posisi semula(posisi nol).

Ø Pengambangan (floating)

Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar). Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian diperbesar olehbagian pengubah alat ukur.

Ø Kesalahan / penyimpangan dalam proses pengukuran

Pengukuran adalah merupakan proses yang mencakup tiga bagian yaitu benda ukur, alat ukur dan orang, karena ketidak sempurnaan dari masing-masing bagian ini maka bisa dikatakan tidak ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut. Kesalah akan selalu ada, yaitu merupakan perbedaan antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Pengukuran mempunyai ketidak telitian yang berbeda-beda tergantung dari kondisi alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan kecakapan si pengukur.

Ø Ketelitian (accuracy)

Adalah penyesuaian antara hasil pengukuran dengan harga sebenarnya (dimensi objek ukur). Harga sebenarnya tidak pernah diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah harga pendekatan atau yang disebut dengan harga yang dianggap benar. Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang dianggap benar adalah disebut dengan kesalahan sistematika.

Ø Ketepatan (precision, repeability)

Adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukan hasil yang sama dari pengukuranyang dilakukan berulang-ulang dan indentik. Faktor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran tidak teliti dan tidak tepat dapat berasal dari berbagai sumber yaitu: alat ukur, benda ukur, posisi pengukuran, lingkungan dan orang.

Ø Penyimpangan yang bersumber dari alat ukur

Alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi untuk menghindari penyimpangan alat ukur seperti histerisis, kepasifan, pergeseran dan kesetabilan nol. Karena keausan dari bidang kontak (sensor mekanis) akan terjadi kesalahan sistenatik.

Ø Penyimpangan yang bersumber dari benda ukur

Setiap benda elastis akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) apabila ada beban yang bereaksi padanya. Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan kontak dari sensor alat ukur ataupun karena berat benda ukur sendiri. Untuk menghindari penyimpangan sewaktu pengukuran berlangsung tidak boleh terjadi gerakan dari benda ukur pada arah yang sama dengan garis pengukuran sehingga dalam beberapa keadaan diperlukan alat pemegang benda ukur (penjepit).

Ø Posisi pengukuran yang menimbulkan penyimpangan

Garis pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis dimensi obyek ukur. Apabila garis pengukuran membuat sudut θ dengan garis dimensi (karena pengambilan posisi pengukuran yang salah) maka akan terjadi kesalahan yang disebut dengan kesalahan konsinus.

Ø Penyimpangan akibat pengaruh lingkungan

Kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk melakukan pengukuran dapat mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan yang serius, sedangkan lingkungan yang kotor dan berdebu dapat mengakibatkan kesalahan sistematis karena adanya debu yang menempel pada permukaan sensor mekanis dan permukaan obyek ukur. Pengaruh temperatur merupakan faktor yang perlu mendapatkan perhatian karena semua benda padat, terutama logam, akan berubah dimensinya apabila temperaturnya berubah. Temperatur standar internasional yang telah disetujui adalah 200C.

Ø penyimpangan yang bersumber dari si pengukur

Untuk menghindari kesalahan pengukuran maka orang yang melakukan pengukuran harus :

- mempunyai pengalaman praktek penguasaan akan pengukuran

- waspada akan pengukuran untuk memperkecil kesalahan

- mengetahui dasar-dasar akan alat ukur

- mampu menganalisa suatu persoalan pengukuran

- sadar bahwa hasil pengukuran adalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab

Ø Harga rata-ratabatas, variasi dari deviasi standar

X1, X2, X3. . . . . . . , Xi,. . . . . . . Xn

min maks

Dimana :

- Xi adalah hasil setiap kali pengukuran yang identik

- Antara dua hasil pengukuran (Xi dan XJ) tidak harus sama persis

- Perbedaan antara harga terbesar dengan harga terkecil disebut dengan jangkauan (range).

Ø Populasi dan poligon frekuensi

Suatu kumpulan atau populasi adalah kumpulan elemen dalam jumlah terbatas ataupun tak terbatas elemen itu dapat berupa suatu harga hasil pengukuran yang dilakukan terhadap dimensi produk dalam jumlah terbatas ataupun harga dari hasil pengukuran yang diulang secara identik terhadap dimensi produk yang sama.

Contoh poligon frekuensi

Y= frekuensi,(buah)

X= penyimpangan terhadap

6,005 mm

Ø Distribusi normal

Secara teoritis, biasanya suatu proses didalam alam ini (proses produksi,proses pengukuran dan sebagainya) jika seandainya diulang sampai tak terhingga akan menghasilkan suatu kumpulan/populasi dengan sifat khusus yang terdistribusi sebagai distribusi normal. Beberapa sifat penting dari distribusi normal:

a. Distribusi normal mempunyai harga rata-rata

b. Kurva distribusi normal adalah kurva antara nila kemungkinan p (x) (probabilitas) dengan elemen dari populasi dengan bentuk yang simetris terhadap harga rata-rata batas.

c. Suatu elemen populasi yang dekat dengan harga rata-rata batas akan mempunyai nilai kemungkinan yang tinggi untuk ditemukan dalam populasi tersebut.

d. Luas dibawah kurva distribusi normal diantara selang dari dua harga elemen populasi menyatakan nilai kemungkinan dari suatu elemen untuk ditemukan dalam selang tersebut.

e. Selain ditentukan oleh m, bentuk dari distribusi normal dipengaruhi oleh deviasi (s) semakin kecil harga s, bentuk kurvanya akan menyempit disekitar m, sebaliknya semakin besar kurva akan semakin melandai.

Ø Distribusi harga rata-rata

Suatu proses pengukuran dapat dilakukan secara berkelompok,dimana dari setiap kelompok dapat dicari harga rata-rata,apabila seluruh data pengamatan disatukan dan kemudian dibuat poligon frekuensi maka pengukuran individuil tersebut (xi) akan tersebar disekitar harga rata-rata m dengan deviasi standar sebesar s. “Apabila populasi mempunyai varian s2 dan harga rata-rata batas m yang tetap (tak berubah) maka distribusi dari harga rata-rata sampel akan semakin mendekatidistribusi normal dengan harga rata-rata batas m dan varian s2/n, seandainya ukuran sampel (n) semakin besar”

Ø Penaksiran harga-harga teoritis

Karakteristik dari populasi, yaitu m dan s2 biasanya ditaksir dengan mencari harga rata-rata sampel dan varian sampel s2.sampel tersebut kita ambil secara rambang dari populasi, hal ini dilakukan karena dalam prakteknya pengukuran seluruh populasi tidak mungkin dilakukan secara terus menerus.

Random sampel dalam hal ini berarti :

1. Proses produksi/pengukuran dianggap berjalan normal dan terkontrol, artinya harga rata-rata batas dan deviasi standarnya dianggap tetap tidak berubah selama selang waktu yang tertentu.

2. Setiap harga yang diperoleh dalam satu kali pengambilan produk/pengukuran dianggap mempunyai nilai yang setarap dengan harga hasil pengukuran yang lain.

Selasa, 08 Juli 2008

PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN LAS

PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN LAS

Di dalam bab ini akan di bahas hal-hal yang erhubungan dengan pmeriksaan las,

Yaitu: kedudukan pemeriksaan didalam kegiatan pengelasan, jenis pengelasan dan pemeriksaan lasan, persiapan sebelum pemeriksaan pengujian tak merusak, titik berat akan diletakan pada pengujian radiografi dan pembandingan serta penggunaan yang tepat dari beberapa cara pengujian tak merusak.

Ø Peranan Jenis Dan Persiapan dari pengujian Dan Pemeriksaan

Pengujian dan pmeriksaan didalam industri dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu

Pengujian dan pemeriksaan untuk keperluan pembuat dan pengujian serta pemeriksaan untuk keperluan pemakai. Di dalam kedua kelas tersebut jelas bahwa alat-alat yang digunakan adalh sama, hanya kedudukanya yang sedikit berbeda

(1) Peranan Pengujian Dan Pemeriksaan Bagi Pembuat

Bagi pembuat peranan dari pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menunjang usaha-usaha sebagai berikut:

a) perbaikan kepercayaan, pengamanan mutu dan jaminan mutu.

b) Perbaikan teknik pembuat

c) Pengurangan biya pembuatan

(2) Peranan Pengujian Dan Pemeriksaan Bagi Pemakai

Bagi pemakai atau pembeli peranan pengujian dan pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a) kepastian mutu pada saat pembelian

b) kepastian dan ketahanan mutu selama penggunaan.

c) Cara unt uk memilih pembuat dan membandingkan hasil

(3) Peranan Pengujian Dan Pemeriksaan Bagi Pihak Ketiga

Bagi pihak ketiga pengujian dan pemeriksaan mempunyai peranan sebagai berikut:

a) penilaian terhadap mutu produk

b) jaminan untuk keamanan masyarakat.

(4) Tujuan Dari Pengujian Pemeriksaan

Bila diperhatikan dari perananya sperti dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa. Didalam pengelasan tujuan dari pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin mutudan kepercayaan terhadap kontruksi las. Untuk hal ini pemeriksaan harus dilakukan terus-menerus yang harus dilaksanakan dalam tahap-tahap tertentu seperti dalam tabel.

Persyaratan mutu dalam pengelasan

kekutan statiks

Kekuatan Kekuatan fatik

keuletan Kekuatan pada suhu tinggi

ketangguhan Kekuatan pada suhu rendah

ketahanan korosi Kekuatan mulur

penampakan

kebebas bocoran

kesambungan

lain-lain (kehalusan, cat)

Syarat yang diutmakan dalamkontruksi las adalah kekuatan, tetapi disamping itu ada syarat-syarat lain yang penting yang tergantung dari penggunaan, misalnya untuk atap tidak boleh ada kebocoran, alat-alat dikolam renang, manik lasnya harus tidak boleh tajam dan lain sebagainya.

Ø Jenis Pengujian Dan pemeriksaan

Pengujian pada logam umumnya dapat dibagi dalam pengujian merusak dan pengujian Tak merusak dengan perincian sperti dalam sambungan las dapat di bagi dan diperinci,pemeriksaan pengelasan yang di lakukan selama proses pembuatan meliputi pemeriksaan yang memeriksa hal-hal seperti yang ditunjukan dalam pengelasan. Pengujian sifat mampu las bagi bahan induk juga merupakan tindakan yang penting, pengujian dan pemeriksaan ini meliputi daerah HAZ, cacat las pada daerah las, dan kekuata takik srta ketangguhan dari logam induk dan daerah las pengujian-pengujian sifat mampu las, pengujian lasan terhadap tekanan untuk bejana tekan dan pipa digunakan untuk menggunakan air yang ditekan sampai 1,25 atau 1,5 dari tekanan kerja yang direncanakan dalam pengujian ini, karena ada kemungkinan bahaya, maka pelaksaanya harus disertai dengan pengmanan yang diperlukan. Agar pengujian dan pemeriksaan dapat berhasil dengan baik perlu adanya persiapan dan pengaturan sebelumnya.

(1) Kepastian Dari Standar Yang Digunakan

Di dalam pengujian dan pemeriksaan terdapat bermacam-macam standar dengan

spesifikasi yang berbeda-beda. Berhubung dengan hal ini maka sebelum pengujian dan pemeriksaan dilakukan dan harus ditentukan terlebih dahulu standar apa yang diikuti termasuk tahun penerbitanya.

(2) Kepastian Tentang Jadwal Dan Lingkungan Pemeriksaan

Semua pelaksanaan dan pengelasandengan sendirinya telah dijadwal agar dapat

menepati waktu penyelesaian. Sehubungan dengan ini yang penting adalah penjadwalan secara pasti dari pemeriksaan agar tidak menghambat seluruh pekerjaan. Dalam hal ini harus juga diperhitungkan kemungkinan adanya pekerjaan yang tidak memnehi syarat yang akan memlukan waktu tambahan untuk perbaikanya.

(3) Pemilihan Pemeriksa Dan Alat Yang Digunakan

Pemeriksaan sangat tergantung dari pemeriksa dan alat yang digunakan. Karena

Itu dalam hal ini pemelihanya harus didasarkan pada spesifikasi dan standar yang ada.

(4) Persiapan Pemerikasaan Kontruksi Las Dan Hasil Lasan

Sebelum melakukan pemeriksaan kontruksi las, harus ditentukan lebih dahulu cara-cara pengujian yang akan digunakan dengan memperhatikan perencanaab dan penggunaan kontruksi. Dalam perbaikan kotruksi, perlu di pelajari lagi hasil-hasil pemeriksaan sebelumnya baik tentang jenis cacat maupun letak cacat didalam kontruksi.

(5) Hal-hal Lain Yang Perlu Dilakukan

Hal-hal lain yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan adalah pembicaraan yang mendalam antara pembeli dan pembuat atau wakil-wakilnya yang berhubungan dengan kontruksi dan penggunaanya. Dari pembicaraan ini dapat diambil kepastian-kepastian lainya seperti: pemeriksaan seluruhnya atau pemeriksan sebagian cara pengambilan cara untuk pemeriksaan dan tanda-tanda spesifikasi dari bentuk lain dan hal-hal linya yang belum dan yang kurang jelas harus diperhatikan terlebih dahulu, sebelum pemeriksaan dilanjutkan.

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN

Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang

meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan dan kualitas produksi.

Ø Perencanaan Prosedur Pengelasan

Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat

Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan pekerjaan dan lain-lainnya.

Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai

untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak perencana, pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada pelaksan. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang digunakan.

Ø Persiapan Pengelasan

Hal-hal umum

Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga

sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi.

Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur listrik dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las busur listrik terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi kecepatan pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua proses yang lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat tebal dari pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan mempunyai untung ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.

Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang Juga tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini adalah alat-alat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.

(1) Persiapan Sisi Las

Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan dengan

memperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan pengerjaanya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur pada umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm digunakan alur persegi, untuk pelat dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan alur V tunggal dan yang lebih tebal dengan alur V ganda atau U tunggal atau ganda dan lain sebagainya.

(2) Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegang

pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasan

adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus mengusahakan sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:

a) memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya.

b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang lebih tinggi.

c) memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau memungkinkan pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.

(3) Las Ikat Dan Perakitan

Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam

Penyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan lasan pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya sementara maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak-retak dan ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga mempengaruhi kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik dan oleh juru las yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan melaksanakan seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya tempat-tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda yang sama jenisnya dengan elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.

(4) Pemriksaan Dan Perbaikan Alur

Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap

Ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam hal ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan jenis sambunganya.

(5) Pembersihan Alur

kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya

bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain sebaginya, disamping itu juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan merupakan pemanasan mula.